Selasa, 07 November 2017

Resahku Bersama Hujan

Belum reda.
Aku menghela nafas panjang. Merasakan setiap desir resah dalam jiwaku. 
Ah, lagi-lagi hujan itu membawa sejuta kenangan yang masih bersarang di hatiku. Apa kau baik-baik saja di sana? Ya. Kuharap begitu.

Aku tak bisa menyudahi perasaan ini. Begitu kuat kurasa. Kenapa? Bagaimana bisa? Kamu begitu bisa membuatku ada dalam lembah kasihmu. Atau, itu hanya sebuah perasaanku saja yang terlalu dalam menghadirkan perasaan pada hubungan ini? Entahlah!

'Di sini hujan, apa kau di sana sedang hujan?' Suaramu dari seberang. Aku merapatkan telefonku ke telinga, menambah volume agar suaramu dapat mengalahkan gemuruh yang tak juga reda.

'Iya, kau tak sedang di rumah?' Tanyaku dengan khawatir.

'Aku sedang berteduh di sini, dalam perjalanan pulang. Kau tahu? Banyak pasangan yang berlalu lalang di depanku. Mereka menikmati hujan bersama. Mereka sungguh membuatku iri'

Aku tersenyum mendengar kalimatnya.

'Hey, suatu saat nanti, aku juga ingin melakukan hal itu denganmu. Kita akan merasakan derasnya hujan membasahi bumi, merasakan setiap rintik yang turun dengan penuh kebahagiaan.'

Hatiku sangat, sangat hangat mendengar kalimat itu. Begitu bahagianya.

Aku tersenyum menahan pedih. Betapa bahagianya aku dulu. Tapi sekarang dia sudah tak lagi di sini, menceritakan hal-hal yang ingin di lalui bersama.

Wahai cinta, di mana kamu? Bukankah kita belum sempat mewujudkan keinginanmu? Atau sekarang aku harus keluar rumah mewujudkan impianmu itu. Sendiri. Bukan denganmu. Melawan derasnya hujan, dan merasakan setiap rintik yang jatuh tanpa sungkan.

Tanpa pikir panjang, aku menutup jendela kamarku, lalu melangkah keluar dan berbaur dengan air langit ini.

Berteriak di tengah derasnya hujan tanpa peduli angin akan menertawakan.

'Sayang, aku merindukanmu'

Semakin kunikmati. Hatiku semakin pilu mengingat semua tentangmu.

'Aku menunggumu' 
Kataku lirih. Berbisik pada angin.

*sya. 2:00 Pm*

Bagaimana Jika Aku Rindu

Bagaimana jika rindu itu itu datang?
Apa kau akan menemuiku?
Tidak kah kau peduli?

Ah. Aku teramat bodoh. Seharusnya aku tak seperti ini.

Kau melihatku yang begitu sendu. Lalu kau tersenyum sadis. Sebelum beranjak kau berkata 'kau tak lagi berharga bagiku'

Aw. Betapa sakitnya aku mendengar kalimat yang mampu menghunus hatiku yang begitu dalam. Tidakkah kau mau mendekat? Lalu berkata lirih di telingaku? 'kau jangan menangis. Untuk apa kau menangis? sedangaknku ada di sini, di depanmu. Iya, untuk mu, untuk siapa lagi kalo bukan untuk kekasih hati?' aku menangis sendiri melihat punggungmu yang semakin jauh melangkah. 

Aku berkhayal.

Kau akan datang saat itu juga. Mendekatiku dan berkata dengan begitu tenang. 'Jangan menangis sayang, aku juga merindukanmu'

'Kamu, jangan buat aku khawatir. Aku takut kamu pergi, meskipun raga mu ada. Aku takut hatimu pergi'

Tangisku pun pecah. Aku sesenggukan. Merasakan tangan hangat itu memeluk tubuh kecil ini, tak ada maksud lain selain menenangkan. Ya, hanya itu.
Aku menangis dalam pelukan yang tenang.

Tapi bagaimana saat ini? Apa kau melakukan itu?
Ah. Betapa aku merindukan.

*sya-3:01 Am*