Belum reda.
Aku menghela nafas panjang. Merasakan setiap desir resah dalam jiwaku.
Ah, lagi-lagi hujan itu membawa sejuta kenangan yang masih bersarang di hatiku. Apa kau baik-baik saja di sana? Ya. Kuharap begitu.
Aku tak bisa menyudahi perasaan ini. Begitu kuat kurasa. Kenapa? Bagaimana bisa? Kamu begitu bisa membuatku ada dalam lembah kasihmu. Atau, itu hanya sebuah perasaanku saja yang terlalu dalam menghadirkan perasaan pada hubungan ini? Entahlah!
'Di sini hujan, apa kau di sana sedang hujan?' Suaramu dari seberang. Aku merapatkan telefonku ke telinga, menambah volume agar suaramu dapat mengalahkan gemuruh yang tak juga reda.
'Iya, kau tak sedang di rumah?' Tanyaku dengan khawatir.
'Aku sedang berteduh di sini, dalam perjalanan pulang. Kau tahu? Banyak pasangan yang berlalu lalang di depanku. Mereka menikmati hujan bersama. Mereka sungguh membuatku iri'
Aku tersenyum mendengar kalimatnya.
'Hey, suatu saat nanti, aku juga ingin melakukan hal itu denganmu. Kita akan merasakan derasnya hujan membasahi bumi, merasakan setiap rintik yang turun dengan penuh kebahagiaan.'
Hatiku sangat, sangat hangat mendengar kalimat itu. Begitu bahagianya.
Aku tersenyum menahan pedih. Betapa bahagianya aku dulu. Tapi sekarang dia sudah tak lagi di sini, menceritakan hal-hal yang ingin di lalui bersama.
Wahai cinta, di mana kamu? Bukankah kita belum sempat mewujudkan keinginanmu? Atau sekarang aku harus keluar rumah mewujudkan impianmu itu. Sendiri. Bukan denganmu. Melawan derasnya hujan, dan merasakan setiap rintik yang jatuh tanpa sungkan.
Tanpa pikir panjang, aku menutup jendela kamarku, lalu melangkah keluar dan berbaur dengan air langit ini.
Berteriak di tengah derasnya hujan tanpa peduli angin akan menertawakan.
'Sayang, aku merindukanmu'
Semakin kunikmati. Hatiku semakin pilu mengingat semua tentangmu.
'Aku menunggumu'
Kataku lirih. Berbisik pada angin.
*sya. 2:00 Pm*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar